Batusangkar, Paradise Magz- “Des,” merupakan panggilan yang kerap dilontarkan
oleh siswa kelas XII terhadap guru kimia kita ini, dan “Des” juga panggilan
baginya di kalangan teman sejawat. Efri Desni, guru kelahiran 10 Oktober 1958
ini, lahir dan bertempat tinggal di Pasir Lawas.
Perjuangan meniti jenjang pendidikan dimulainya di SD
Negeri Pasir Lawas. Bukittinggi menjadi pilihan bagi beliau dalam melanjutkan
pembelajarannya untuk Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas.
Namun, sejak memasuki tingkat pendidikan menengah pertama, ia sudah terpisah
dari ibunya dan tinggal bersama ayahnya. Kendati seragam putih abu-abu hendak
ditinggalkan, beliau berfikir untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan dan
pembelajaran yang lebih tinggi. Keinginan untuk melamar ke perguruan tinggi
“UI” yang tidak bisa untuk dicapai karena tidak adanya restu orangtua dan
faktor jarak yang cukup jauh,membuat beliau menempatkan pilihannya di UNAND dengan
pilihan jurusan farmasi. Efri Desni harus putar otak kembali, karena sekali
lagi orang tuanya tidak merestui. Berkat saran dari sang paman, beliau
menetapkan pilihan terakhirnya untuk kuliah di perguruan tinggi IKIP, meskipun
ada sedikit kejanggalan dalam hatinya. Kejanggalan tersebut timbul diakibatkan
karena teman-teman sejawat beliau tidak ada yang satu perguruan dan lebih
memilih untuk kuliah di UNAND dan luar Jawa.
Saran yang
terucap dari bibir seorang Efri Desni adalah untuk melanjutkan pendidikan,
restu orang tua sangatlah penting. Serta harus memikirkan bagaimana kedepannya.
Kita tidak harus kuliah di PTN favorit, tetapi harus sesuai dengan kemampuan
yang kita miliki, dan kesuksesan yang diraih seseorang tidak berdasarkan kuliah
di tempat favorit.
Dra.
Efri Desni, untuk pertama kalinya mengaplikasikan ilmu yang ia punya di Lintau
dimulai dari tahun 1981 – 1991, dan setelah itu, beliau dipindah tugaskan ke
SMA 1 Batusangkar dan seperti yang kita ketahui sekarang, beliau mengajar
kimia. Kesenangan beliau akan kurikulum 1994, dikarenakan kurikulum tersebut
memiliki kemiripan dengan kurikulum 2013. Perbedaan yang mendasar hanyalah
kurikulum 2013 lebih berhubungan dengan kehidupan sehari-hari serta hubungan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa .
Rintangan
dan hambatan tentunya selalu menimpa setiap insan. Terlebih lagi terhadap
seorang tenaga pendidik. Beliau menuturkan bahwa permasalahan yang dihadapinya
selama proses belajar mengajar, dikarenakan kurangnya penghayatan serta
pemahaman akan suatu mata pelajaran. Hal yang masih tersimpan di benaknya sampai
saat ini adalah keberhasilan seseorang tidak ditentukan oleh sikap dan karakter
yang dimilikiny, tetapi bagaimana usaha
orang tersebut dalam mencapai impian dan cita-citanya.
Seorang
guru pastilah ingin berbuat yang terbaik bagi murid-muridnya. Nasihat beliau kepada anak didiknya ialah agar mereka
selalu gigih dalam belajar, selalu rajin, dan ikutilah kemauan diri sendiri
bukan keinginan orang lain. Toh, kita tidak akan pernah berhasil jika kita
mengejar impian orang lain bukan impian kita sendiri. (RN12 dan GR23)
Reporter : Febriani
Gabriella Reinaldo
Editor : Hudiyah Amni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon Luangkan Waktu Anda untuk Mengisi Komentar pada kolom yang telah disediakan demi pembaharuan kedepannya. Terima kasih